YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 09 September 2014

Kritik dan Saran Baik, Dengan Cara Penyampaian yang Baik


Tuape die kabar sanak sedulur sedusun laman?? Semoga tetap semangat dan tetap berani untuk selalu mengatakan kebenaran dan tidak pernah mau menutupi kemunkaran serta kemunafikan. Tehingat umongan nineng di dusun sebitu “Lemaklah di asingka daripade hidup munafik”.
Sebelumnya saya ingin membuka tulisan ini dengan sebuah pernyataan bahwa terlepas dari apa yang akan saya sampaikan, di sini tujuan utama saya adalah berusaha untuk berpikir secara obyektif mengajak saudara-saudara sekalian terutama diri saya pribadi untuk menjadi insan yang lebih baik. Tidak ada tujuan untuk menggurui atau menyalahkan siapa pun.
Manusia, memang makhluk yang unik. Keunikan itu berbeda antara satu individu dengan individu yang lainnya. Keunikan ini kemudian menciptakan perbedaan dalam banyak hal, sehingga tidak ada manusia yang sama di dunia ini. Adanya perbedaan, menimbulkan pemenuhan kebutuhan tiap individu pun berbeda, cara memenuhi kebutuhan, keinginan, impian dan lain sebagainya. Perbedaan ini pula yang mempelopori lahirnya kritikan. Kritik terjadi setelah seseorang melakukan suatu perilaku, berbicara, berbuat atau mengambil kebijakan tertentu. Kemudian orang lain pun melakukan penilaian. Ketidaksesuaian apa yang diinginkan oleh pengkritik dengan apa yang dilakukan oleh obyek yang dikritik inilah yang menimbulkan kritik. Entah pada bagian salah dalam menempatkan, salah dalam melakukan, salah intrepretasi, atau terkena sistem penilaian orang lain dalam perspektif yang berbeda.

Setiap orang jelas mempunyai hak untuk melakukan penilaian dan menyampaikan argumen serta kritikan. Yang menjadi masalah adalah ketika kritik tidak disampaikan secara baik, santun atau dengan kata lain tidak etis. Berikut ini beberapa hal pandangan mengapa kritik disampaikan secara tidak etis.
1.      Penyampaiannya secara emosional, “ngumong sekendak die saje”, tanpa memperdulikan sejauh mana tingkat penerimaan orang yang dikritik itu terhadap kritikan.
2.      Tidak ada pendasaran. Kritikan yang diberikan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, orang yang memberikan kritikan hanya bisa mengucapkan salah, tidak cocok, tidak setuju, menolak tanpa memberikan pendasaran yang jelas.
3.      Pengkritik tidak suka atau benci dengan obyek yang dikritik, sehingga pengkritik selalu berusaha untuk menjatuhkan orang yang dikritik.
4.      Tidak memperdulikan bahwa orang lain pun punya perasaan. Kritik pedas yang terlalu berlebihan sehingga membuat obyek yang dikritik menjadi malu, under estimate, tidak percaya diri bahkan mengalami traumatik.
5.      Kritik cenderung menyalahkan orang lain, disampaikan dengan amarah, membabi buta.
Kritikan yang semacam ini harus dihindari. Kritikan yang tidak etis merupakan pemicu utama terjadinya konflik. Jika kita kembali pada tujuan diberikannya kritik, seharusnya kritik adalah suatu pendapat yang ditujukan untuk perbaikan diri sehingga baik si pengkritik maupun orang yang dikritik mampu melahirkan karya yang lebih baik dan menjadi berkepribadian lebih baik lagi.
Sayangnya banyak orang yang tidak berpijak dengan hal itu, sekali lagi mereka lebih menggunakan gaya kritik yang tidak etis ketimbang mematuhi etika yang berlaku. Tingkat pendidikan dan pengetahuan, nilai-nilai moral dan kesopanan yang telah memudar serta penguasaan terhadap kecerdasan intelektual, emosional dan spiritual tidak seimbang dapat dijadikan alasan mengapa banyak orang pada akhirnya menyampaikan kritik secara tidak baik.
Lalu, bagaimana seharusnya kritik yang baik itu disampaikan. Menurut buku yang saya baca ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk menyampaikan kritik yang baik.
1.      Kritik disampaikan secara obyektif. Artinya kritik tidak memandang subyektif (orang yang akan dikritik), siapapun orangnya walaupun itu presiden sekalipun layaknya juga dikritik ketika ia melakukan kesalahan. Pun juga kritik yang obyektif adalah kritik yang sesuai dengan realitas yang terjadi, akan menjadi kritik yang tidak obyektif apabila kritik itu tidak sesuai dengan realitas.
2.      Kritik disertai pendasaran dan tidak disampaikan secara emosional. Maksudnya dalam menyampaikan kritik disertai alasan-alasan yang jelas mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang yang dikritik. Kalaupun kritik itu adalah sebuah penilaian juga diberikan argumen yang benar.
3.      Kritik seharusnya disertai pula dengan solusi atau saran dan disampaikan dengan bahasa atau tutur kata yang baik sehingga tidak menyinggung perasaan orang lain.

Dengan cara demikian, setidaknya perbedaan dalam pemikiran, menyampaikan gagasan dan mengungkapkan pendapat tidak seharusnya menimbulkan perpecahan antar individu apalagi sampai menjadi konflik antar golongan. Ada baiknya setelah kritik itu disampaikan tidak menjadi berlarut-larut, selesai sampai disitu dan tidak menjadi panjang diluar forum.
Memang menjadi hak orang yang dikritik sepenuhnya apakah akan menerima kritik dan saran itu atau tidak. Tetapi semestinya ketika saran kritikan itu adalah sebuah kebenaran, layaknya diterima dengan lapang dada dan dijalankan. Negara kita menjamin warga negaranya untuk bebas berbicara, akan tetapi juga ada tata aturannya. Tata aturan itulah yang juga harus dijalankan dalam menyampaikan kritik baik oleh orang yang mengkritik maupun obyek yang dikritik.


Tanjung Enim, 11 Mei 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar