Tuape
die kabar sanak sedulur sedusun laman?? Semoga tetap semangat dan tetap berani
untuk selalu mengatakan kebenaran dan tidak pernah mau menutupi kemunkaran
serta kemunafikan. Tehingat umongan nineng di dusun sebitu “Lemaklah di asingka
daripade hidup munafik”.
Sebelumnya saya ingin membuka tulisan ini dengan sebuah pernyataan
bahwa terlepas dari apa yang akan saya sampaikan, di sini tujuan utama saya
adalah berusaha untuk berpikir secara obyektif mengajak saudara-saudara
sekalian terutama diri saya pribadi untuk menjadi insan yang lebih baik. Tidak
ada tujuan untuk menggurui atau menyalahkan siapa pun.
Manusia, memang makhluk yang unik.
Keunikan itu berbeda antara satu individu dengan individu yang lainnya.
Keunikan ini kemudian menciptakan perbedaan dalam banyak hal, sehingga tidak
ada manusia yang sama di dunia ini. Adanya perbedaan, menimbulkan pemenuhan
kebutuhan tiap individu pun berbeda, cara memenuhi kebutuhan, keinginan, impian
dan lain sebagainya. Perbedaan ini pula yang mempelopori lahirnya kritikan.
Kritik terjadi setelah seseorang melakukan suatu perilaku, berbicara, berbuat
atau mengambil kebijakan tertentu. Kemudian orang lain pun melakukan penilaian.
Ketidaksesuaian apa yang diinginkan oleh pengkritik dengan apa yang dilakukan
oleh obyek yang dikritik inilah yang menimbulkan kritik. Entah pada bagian
salah dalam menempatkan, salah dalam melakukan, salah intrepretasi, atau
terkena sistem penilaian orang lain dalam perspektif yang berbeda.
Setiap
orang jelas mempunyai hak untuk melakukan penilaian dan menyampaikan argumen
serta kritikan. Yang menjadi masalah adalah ketika kritik tidak disampaikan
secara baik, santun atau dengan kata lain tidak etis. Berikut ini beberapa hal
pandangan mengapa kritik disampaikan secara tidak etis.
1.
Penyampaiannya secara emosional, “ngumong
sekendak die saje”, tanpa memperdulikan sejauh mana tingkat penerimaan orang
yang dikritik itu terhadap kritikan.
2.
Tidak ada pendasaran. Kritikan yang diberikan
tidak dapat dipertanggungjawabkan. Artinya, orang yang memberikan kritikan
hanya bisa mengucapkan salah, tidak cocok, tidak setuju, menolak tanpa
memberikan pendasaran yang jelas.
3.
Pengkritik tidak suka atau benci dengan obyek
yang dikritik, sehingga pengkritik selalu berusaha untuk menjatuhkan orang yang
dikritik.
4.
Tidak memperdulikan bahwa orang lain pun punya
perasaan. Kritik pedas yang terlalu berlebihan sehingga membuat obyek yang
dikritik menjadi malu, under estimate, tidak percaya diri bahkan mengalami traumatik.
5. Kritik cenderung menyalahkan orang lain, disampaikan dengan
amarah, membabi buta.
Kritikan yang semacam ini harus
dihindari. Kritikan yang tidak etis merupakan pemicu utama terjadinya konflik.
Jika kita kembali pada tujuan diberikannya kritik, seharusnya kritik adalah
suatu pendapat yang ditujukan untuk perbaikan diri sehingga baik si pengkritik
maupun orang yang dikritik mampu melahirkan karya yang lebih baik dan menjadi
berkepribadian lebih baik lagi.
Sayangnya banyak orang yang tidak berpijak dengan hal itu, sekali
lagi mereka lebih menggunakan gaya kritik yang tidak etis ketimbang mematuhi
etika yang berlaku. Tingkat pendidikan dan pengetahuan, nilai-nilai moral dan
kesopanan yang telah memudar serta penguasaan terhadap kecerdasan intelektual,
emosional dan spiritual tidak seimbang dapat dijadikan alasan mengapa banyak
orang pada akhirnya menyampaikan kritik secara tidak baik.
Lalu, bagaimana seharusnya kritik yang baik itu disampaikan.
Menurut buku yang saya baca ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk
menyampaikan kritik yang baik.
1.
Kritik disampaikan secara obyektif. Artinya
kritik tidak memandang subyektif (orang yang akan dikritik), siapapun orangnya
walaupun itu presiden sekalipun layaknya juga dikritik ketika ia melakukan
kesalahan. Pun juga kritik yang obyektif adalah kritik yang sesuai dengan
realitas yang terjadi, akan menjadi kritik yang tidak obyektif apabila kritik
itu tidak sesuai dengan realitas.
2.
Kritik disertai pendasaran dan tidak
disampaikan secara emosional. Maksudnya dalam menyampaikan kritik disertai
alasan-alasan yang jelas mengenai kesalahan-kesalahan yang dilakukan orang yang
dikritik. Kalaupun kritik itu adalah sebuah penilaian juga diberikan argumen
yang benar.
3.
Kritik seharusnya disertai pula dengan solusi
atau saran dan disampaikan dengan bahasa atau tutur kata yang baik sehingga
tidak menyinggung perasaan orang lain.
Dengan cara demikian, setidaknya
perbedaan dalam pemikiran, menyampaikan gagasan dan mengungkapkan pendapat
tidak seharusnya menimbulkan perpecahan antar individu apalagi sampai menjadi
konflik antar golongan. Ada baiknya setelah kritik itu disampaikan tidak
menjadi berlarut-larut, selesai sampai disitu dan tidak menjadi panjang diluar
forum.
Memang menjadi hak orang yang
dikritik sepenuhnya apakah akan menerima kritik dan saran itu atau tidak.
Tetapi semestinya ketika saran kritikan itu adalah sebuah kebenaran, layaknya
diterima dengan lapang dada dan dijalankan. Negara kita menjamin warga
negaranya untuk bebas berbicara, akan tetapi juga ada tata aturannya. Tata
aturan itulah yang juga harus dijalankan dalam menyampaikan kritik baik oleh
orang yang mengkritik maupun obyek yang dikritik.
Tanjung Enim, 11 Mei 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar